Empat Ritual Sakral Suku Moronene Dilaksanakan di Festival Kampung Adat Hukaea Laea
FOKUSTENGGARA.COM,BOMBANA-Festival Adat Moronene yang digagas Pemerintah Kabupaten Bombana melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga di Kampung Adat Hukaea Laea Desa Watu-watu, Kecamatan Lantari Jaya, melaksanakan empat ritual adat peninggalan leluhur.
Empat ritual adat yang dianggap sakral oleh masyarakat adat Suku Moronene ini meliputi Ritual Mo’oli Wonua, Mobeli Wonua, Mobea Nganga dan Montewehi Wonua.

Dijelaskan Mokele Tuko Wonua Hukaea Laea, Mansur Lababa, Ritual Mo’oli Wonua adalah ritual yang biasa dilakukan masyarakat adat dalam hal meminta izin atau pamit kepada pemilik kampung yang berupa hal gaib agar masyarakat yang hendak tinggal berkebun dan menggarap kekayaan alam diwilayah itu merasa aman.
Kemudian Mobeli Wonua adalah ritual mensucikan atau membersihkan kampung dari segala tindakan atau perbuatan salah baik yang dilakukan dengan sengaja maupun yang tidak disegaja
Selanjutnya ritual Mowea Nganga adalah sebuah ritual yang berkaitan dengan pelaksanaan sebuah nazar atau niat baik yang pernah terucap dari masyakarat atau tetua adat. Ritual ini juga masih berkaitan erat dengan ritual pensucian kampung.
Montewehi Wonua adalah sebuah ritual yang dilakukan dengan niatan untuk membersihkan kampung. Menjernihkan semua persoalan dan kesalahan yang pernah terjadi dikampung. Tujuannya agar terhindar dari malapetaka.
Informasi dihimpun, Klimaks dari sejumlah ritual adat ini akan mengurbankan seekor sapi putih. Syarat sapi yang akan disembelih tersebut telah berusia lebih dari satu tahun.

Penjabat Bupati Bombana, Burhanuddin yang secara resmi membuka pagelaran festival Kampung Adat tersebut menerangkan saat ini dibawah pemerintahannya, Hukaea Laea resmi menjadi Kampung Adat Moronene. Katanya kebudayaan Moronene merupakan suatu aset bangsa yang tumbuh dan berkembang di kabupaten Bombana.
Katanya pemerintah bertugas memperkenalkan bahwasanya setitik wilayah ditengah kawasan konservasi disatu kabupaten di Indonesia yang bernama Bombana masih terdapat satu desa yang masih mempertahankan adat istiadat dan kebiasaan kebiasaan masa lampau yang secara turun temurun diwariskan.
Ia berharap Kampung Hukaea Laeaya dapat menjadi Destinasi wisata yang dapat menarik wisatawan lokal maupun manca Negara. Katanya dengan tetap mempertahankan kearifan lokalnya.
“Sebagai kebudayaan kebiasaan ini patut dipertahankan agar setiap orang yang berkunjung disini mampu mendapatkan suasana yang luar biasa suasana yang tidak lazim karena dikampung ini akan tetap mempertahankan kearifan lokal yang menjadi ciri khasnya masyarakat Moronene,” ujar Burhanuddin.
Selanjutnya, melihat kondisinya Hukaea Laea Burhauddin menegaskan tidak akan ada lagi daerah di Bombana dibawah pemerintahannya yang tidak tersentuh sama sekali oleh program maupun pemerintah daerah, baik fisik maupun sumber daya manusia.
“Khususnya untuk Akses jalan masuk ke Hukaea Laeaya saya akan tetap usahakan dan perjuangkan. Ini agak sulit karena kita melintasi padang Savana yang merupakan wilayah konservatif. Tapi saya tetap akan usahakan,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bombana, Anisa Sri Prihatin menjelaskan pagelaran Festival Kampung Adat Moronene Hukaea Laea ini merupakan suatu ekspresi identitas.
“Melalui persembahan kepada leluhur dan pensucian kampung, pertunjukan kemampuan dan bakat yang bernilai tinggi serta mengartikulasikan warisan budaya kampung adat,” ujar Anisa Sri Prihatin dalam sambutannya.
Katanya, festival Kampung adat yang pertama kali digelar Dinas Pariwisata Bombana ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai kampung adat. Selain itu sebagai ajang pengenalan dan pengembangan seni dan budaya adat lokal kepada masyarakat.
“Serta mengangkat potensi ekonomi lokal di Kabupaten Bombana,” pungkas Anisa Sri Prihatin. (Adv)