Kerap Dituding Gunakan Ijazah Palsu Saat Pencalonan, Kades Watukalangkari Ancam Lapor Balik Oknum Pelapor
FOKUSTENGGARA.COM,BOMBANA,Kepala Desa Watukalangkari, Kecamatan Rarowatu, Kabupaten Bombana, Sahrir, menegaskan akan melakukan perlawanan hukum atas tudingan penggunaan ijazah palsu dalam proses pencalonan Pilkades serentak beberapa waktu lalu yang dialamatkan oleh beberapa oknum kepadanya.
“Untuk mengembalikan nama baik saya, maka saya akan melakukan pelaporan balik. Saya akan menuntut balik siapapun dia dan dimanapun,” tegas Sahrir kepada wartawan, Jum’at, (22/9/2023).
Diakui Sahrir, bukan kali pertama isu miring tersebut sengaja diendus bahkan dilaporkan ke Polisi oleh beberapa oknum yang menurutnya tidak suka dengan kepemimpinannya sebagai kepala desa terpilih. Namun saja sebagai seorang pemimpin ia masih menghadapi persoalan tersebut dengan bijak.
Seperti kata pepatah” kesabaran manusia ada batasnya” kali ini Sahrir mengakui tindakan sejumlah oknum yang meragukan keaslian ijazahnya itu sudah sangat keterlaluan karena sudah menggangu ketentraman masyarakat, jalannya pemerintahan di Desa dan kerabat dekatnya.
“Saya sangat prihatin. Ini praduga tak bersalah karena mereka tidak bisa menunjukan bukti otentik. Seharusnya mereka konfirmasi atau bisa saja dia ambil saya punya ijasah lalu dia lakukan pemeriksaan forensik kalau perlu,” ujar Sahrir.
“Sangat keliru, khususnya masyarakat yang juga ikut-ikutan menduga ketidak benaran ijazah saya. Buktikan kalau itu palsu kalau tidak bisa dibuktikan maka saya yang akan melaporkan mereka atas pencemaran nama baik,” tambahnya.

Padahal sebelumnya, atas tudingan tersebut Sahrir mengaku sudah beberapa kali di BAP ataupun mengikuti serangkaian pemeriksaan di unit Tipidter Polres Bombana yang hasilnya menurut Sahrir tudingan tersebut tidak memenuhi alat bukti.
“Sudah beberapa kali saya melakukan klarifikasi.Tahun 2022 di Tipidter Polres Bombana. Hasilnya tidak terbukti dan saya diperintahkan kembali menjalankan tugas,” kata Sahrir.
Kendati demikian jika saja masih ada pihak yang merasa belum puas terkait keaslian ijazahnya itu Kepala Desa Watukalangkari ini mengaku masih siap diperiksa dimanapun.
Sahrir menuturkan bahwa benar dirinya adalah salahsatu lulusan SLTP sederajat di SMPN 1 Rumbia yang saat ini telah berubah nama menjadi SMPN 02 Rumbia. Sahrir adalah salahsatu dari sekian siswa yang lulus pada Tahun 2000 silam.
“Saya siswa SMP Terbuka Rumbia yang ujiannya saat itu dibersamakan di SMA 1 Rumbia,” ungkap Sahrir
Terkait dengan pernyataan Kepala Sekolah SMPN 02 Rumbia yang menerangkan tidak menemukan satupun arsip atau data siswa lulusan tahun 2000 termasuk Ia diskolahnya., itu diakui Sahrir adalah hal yang wajar, karena saat itu Kabupaten Bombana belum lahir.
“Saya lulusan tahun 2000 saat itu masih Kabupaten Buton, sedangkan Bombana itu nanti tahun 2004 mekar mungkin saja data data siswa itu sudah tercecer apalagi nama dan bentuk sekolah itu saja sudah beberapa kali berubah,” pungkas Sahrir.

Sementara itu, Suharni salah seorang alumni SMP Terbuka yang mengaku seangkatan dengan Sahrir membenarkan sekaligus menguatkan pernyataan Sahrir. Menurutnya, benar Sahrir adalah salah satu siswa SMP terbuka yang lulus di Tahun 2000.
“Karena hanya yang ikut ujian saja yang dapat ijazah. Semua kami siswa SMP terbuka ikut ujian paket C disekolah itu (SMP 1 Rumbia). Dikumpulkan hanya 8 orang itu tidak benar, yang benar itu kita semua digabung. Semua yang ada program SMP terbukanya digabung. Ujiannya satu kali serentak semua selama tiga hari,” urai Suharni bercerita.
Menurut Suharni kalau kemudian Ijazahnya Sahrir diragukan kebsahannya secara tidak langsung oknum yang melakukan tudingan tersebut turut membantah keaslian ijazah semua lulusan yang seangkatan dengan Kepala Desahnya ini.
“Bagaimana mau palsu sementara ijazahnya itu sama dengan ijazahku dan kalau ijazahku palsu mana mungkin saya bisa lanjut sekolah dan tamat kuliah disalah satu perguruan tinggi di Sultra,” ungkap perempuan bergelar Sarjana Manajemen ini.
Soal tudingan yang dialamatkan ke Sahrir bahwa Ia merantau keluar daerah sebelum tamat SMPN Suharni juga membantahnya karena menurutnya nanti setelah kelulusan barulah Sahrir berangkat merantau keluar Daerah.
Suharni bercerita saat menerima Ijazah sekolahnya dahulu mereka melalui perantara Pak Tamrin yang saat ini telah berpulang kesisi yang maha kuasa. Katanya Almarhum Tamrin adalah guru pamong saat itu, yang istilah saat disebut tata usaha sekolah.
“Banyak teman teman kita yang bersekolah saat itu, ada juga yang memilih berhenti karena menganggap ijazah itu tidak terlalu penting,” pungkas Suharni bercerita.
Laporan:Refli